08 April 2010

SIMBOL-SIMBOL SEMESTA KEPEMIMPINAN


Dering suara handphone berbunyi, begitu nyaring sehingga simbol-simbol semesta alam tidak lagi ragu untuk berpartisipasi atas kemajuan teknologi. Namun ia tidak membuka langsung isi simbol semesta itu, dering itu berbunyi lagi. Pada waktunya terbukalah, ternyata ada sms masuk sampai dua kali dengan satu pertanyaan dan dua nomer yang berbeda. Isi sms itu berbunyi, “Kapankah seseorang layak untuk menjadi pemimpin”.
Jika dicermati pertanyaan itu sangat sederhana, namun ketika dirasakan begitu sulit untuk menjawab. Kesederhanaan pertanyaan dan begitu lugu, kalau orang mengangap pertanyaan itu sebagai sebuah keanehan. Karena hal tersebut merupakan eksistensi dirinya yang semesti ia sadar akan status dirinya
Maukah engkau menjawabnya, tentu harus dijawab karena itu adalah pertanyaan yang membutuhkan jawaban ha ha ha. Ya begitulah, semestinya ada realita.
Sejatinya fitrah manusia terlahir ke dunia mendapatkan fungsi eksistensi untuk menjadi pemimpin hal ini sudah di isyaratkan sang khalik dalam kitab suci al-Qur’an. Eksistensi kepemimpinan manusia berupa amanah untuk menjadi khalifah di bumi. Hal ini mengisyaratkan peran manusia untuk menjaga dan memakmurkan bumi. Mengapa harus menjadi pemimpin dibumi, sebab tidak ada yang sanggup menerima mandat dari Allah untuk menjaga kedamaian semesta selain manusia.
Jin, setan, hewan dan malaikatpun tunduk kepadamu. Itulah peran terbesar manusia, sehingga manusia tidak harus berbangga diri menjadi khalifah dan ketundukan mahluk lain. Tapi dapat memikul amanah tersebut sebagai mahluk yang diberi kelebihan akal pikiran yang tidak diberikan kepada mahluk lain.
Anehnya kenapa menjadi khalifah dibumi. Ada sebuah pesan bahwa manusia tercipta dari al-Alaq (tanah), turab (lumpur), sari pati tanah dan air mani. Manusia tersusun dari partikel-pertikel dan zat bumi. Sehingga manusia memiliki jati diri simbol bumi, karena bumi terdapat dua belahan air sebagai lambang kehidupan dan tanah sebagai telapak kaki keseimbangan gravitasi. Keseimbangan dan kehidupan itulah pertautan diri manusia sebagai sebuah komponen yang utuh.
Itulah kiranya, kapan manusia layak menajdi pemimpin yakni ketika manusia sudah waktunya menghirup udara dunia. Namun itu hanya membincang pemimpin dari segi perannya, belum lagi membincang fungsi.
Dalam berkehidupan dimasarakat itulah yang akan menjadikan status mengapa menusia layak menjadi pemimpin. Hal ini terkait dengan fungsi manusia sebagai mahluk sosial yang berhubungan langsung dengan komunitasnya.
Eksistensi kepemimpinan di masyarakat inilah yang memetakan mengapa manusia layak menjadi pemimpin. Seolah kata pemimpin menjadi sempit yakni menjadi pemimpin organisasi, masyarakat bahakan presiden. Padahal ketika ia menjadi presiden, gurbernur maupun ketua organisasi itu hanya sekedar fungsi kepemimpinan.
Munculaya seorang pemimpin bukan sekedar tiba-tiba hadir, akan tapi memang mereka ada dan diadakan dalam kurun waktu yang tidak dapat ditentukan. Dalam ranah fungsi, manusia di didik untuk menjadi pemimpin dengan cara berorganisasi. Sebab organisasi merupakan adalah salah satu kawah condrodimuko atau tempat pengodokan untuk siap memimpin. Organisasi menjadi basis pencetak sosok pemimpin yang memiliki jiwa kesatria memiliki ketahanan mental dan pola pikir yang inovatif serta kritis.
Organisasi mengajarkan kekuatan kerjasama, karena di dalamyna terdapat berbagai macam karakter dan bahkan kepentingan dalam konteks kemuskilan diri. Di situlah muncul perbedaan bukan atas kepentingan individu atau kelompuk tapi atas satu visi bersama untuk mewujudkan kesadaran mencapai tujuan bersama (common purpose) demi tercapainya iklim yang dinamis.
Kesadaran visi kepemimpinan (unity of commond) harus dimiliki tiap mereka yang memiliki jiwa ksatria. Hal ini untuk menjadi poros kebersamaan dalam hal sense of belonging and sanse of responbility. Namun hal yang paling mendasar dan sangat mendesak adalah kreatifitas konflik, intern kebijakan dan dinamisasi struktural atas perbedaan yang akan muncul dalam wadah kejamaahan.
Di situlah tempat manusia menjadi pemimpin baik organisasi kepemudaan, mahasiswa, kemasyarakatan, sekolah maupun ikatan remaja. Seperti ungkapan diatas itu hanya sebagai batas fungsi kepemimpinan.
Fungsi kepemimpinan memunculkan berbagai macam kepentingan sehingga seolah-olah kata “pemimpin” menjadi suatu yang nikmat, memiliki kedudukan tinggi dan mendapatkan nilai kewibawaan. Sehingga para manusia sibuk untuk mempersiapkan dirinya untuk menjadi pemimpin.
Bakan anehnya mereka saling berebut untuk menjadi pemimpin. Jika dipandang memang terbayang bahwa menjadi pemimpin itu seperti duduk di kursi yang tinggi dan memiliki prajurit-prajurit yang siap digerakan dan diperintah.
Sehingga kata kepemimpinan menjadi istilah yang sangat sempit. Padahal itu hanya sebatas fungsi dirinya menjadi orang di masyarakat. Sungguh aneh kirannya seseorang berebut untuk menjadi pemimpin dan bahkan menghalalkan segala cara untuk mendapati tampuk kepemimpinan, padahal setan, jin dan malaikat menolak untuk menjadi pemimpin. Namun enak sekali ya, jika menjadi pemimpin hanya sebatas fungsi he he he.... Terserah inilah simbol semesta kepemimpinan.
Bertanggung jawablah atas dirimu, setelah mampu cobalah bertanggung jawab atas orang lain dan memainkan tanggung jawab bukan di permainakan tanggung jawab. Saatnya engkau memimpin..!

Lukni Maulana
Semarang, 30/03/10
Hotel Patra Covention
Debat Kandidat Calon Walikota Semarang
(Anis, Bambang Raya, Harini, Farchan dan Soemarmo)


0 komentar:

Designed by - alexis 2008 | ICM