09 Maret 2010

ANTARA HMI, ORGANISASI DAN ORANG TUA


Oleh: Muamar TAUFIK
(Mantan Sekretari Umum HMI Cabang Semarang Periode 2008-2009)

Dalam menjalani HMI atau bahkan baru memulai (proses), banyak dari kaita yang punya kendala dari orang tua. Kebanyakan orang tua menghendaki kuliah anaknya tidak terganggu oleh apapun, termasuk organisasi. Niat beliau rata-rata memang menginginkan kuliah sebagai jaminan kerja dimasa depan. Hal ini tidak sepenuhnya salah kita, karena memang konstruksi sosial kita memaksa untuk bersikap seperti itu.

Kalau sudah dipikirkan dari sekarang, itu telah menjadi tujuan. Saat ini anggap saja kuliah sebagai salah satu ’amr yang mesti kita tunaikan. Perkara akhirnya seperti apa dan jadi apa, lakoni saja suka dan dukanya. Dalam konteks ini sebanding dengan melakoni HMI anggap sebagai salah satu ’amr. Bagaimana bila akhirnya benturan antara HMI dangan kuliah. Nah disinilah menariknya, dimana manusia di uji untuk mengambil keputusan orang lain hanya berhak sumbang saran. Keberanian merangsang resiko pada keputusan diri adalah luar biasa. Disitulah mulianya keputusan yang sungguh dan mantap, salah pahala 1 dan 2 menarik bukan!

Tempat kreatifitas mesti dipompa yang penting pertama itu dulu jangan memberi stigma pada orang tua. Sangat logis bila didalam keluarga ada arah yang sejalan tapi pasti akan ada gesekan atau bahkan tubrukan, contohnya para orang tua saat ini memang memaknai organisasi sebatas sebagai kegiatan bukan sebagai sebuah perjuangan. Bahkan sebagian kitapun masih memaknai seperti itu. Sedemikian sehingga kewajiban berjamaan dalam perjuangan (organisasi) bukanlah mempunyai makna sebagai kewajiban tetapi hanya sebuah sambilan dari aktifitas yang dianggap utama, kuliah. Ketika saat pasca kuliahpun, berjamaan dalam perjuangan masih sebagai sambilan dari kesibukan kerja dan berumah tangga. Itupun kalau sempat dan hal ini memanga cukup berat.

Di HMI serbenarnya kita berharap mampu meluruskan niat hidup kita ada contoh sematik antara melempar dan memukul. Tentu amat beda antara sandaran dan alat. Bila masih ada suatu mahluk yang jadi sandaran, mka ia harus dilempar karena dia hanya butuh alat untuk menjadi sandaran yang tepat, apalagi kalau bukan sang khalik. Telah banyak sejarah jatuh bangun para kadernya dalam upaya menyamakan persepsi dengan rumah. Banyak yang akhirnya menyerah, tidak sedikit pula yang sukses dan tentunya tidak begitu saja menerima hasilnya, banyak suka duka yang mesti dijalani dan dimaknai.

Walau akhirnya mereka DO, tidak jadi PNS, rumah masih ngekos semuanya menjadi ujian. Tentu Allah akan membuka pintu hati orang-orang terkasih di sekitar kita, di keluarga yang paling utama adalah kebahagiaan untuk kedua orang tua.

Terima kasih ayah dan ibu, doa dan cinta padamu isdya Allah selalu teriring dalam langkah kami, dan doa ridhomu tak henti kami harap senakal apapun diri kami maafkan.
Memang kehidupan adalah pilihan, hidup adalah perjuangan perjalanan yang penuh koskwensi. Tidak ada yang dapat dipungkiri di dunia ini. Semuanya penuh dengan berbagai macam alasan, tetapi bagaimanapun hidup ini adalah pilihan. Tidak ada niat sedikitpun dari kamu menyakitimu, tidak menghormatimu, kami hanya berlatih mengasah keyakinan dan berlatih mengambil keputusan serta berlatih menanggung resiko suka dan derita doakan kami untuk tidak menyerah.
”Semoga Allah meridhoi. Amin”
”Di didikasikan untuk kedua orang tuaku dan adik-adik kader HMI Semarang”



0 komentar:

Designed by - alexis 2008 | ICM