25 Juni 2008

Terms of Reference Senior Course HMI (MPO) Cabang Yogyakarta


Membangun Integritas Pengader
Upaya Penguatan
Perkaderan Umat

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) adalah wadah pendidikan yang berusaha dengan kesungguhan dan totalitasnya membentuk mahasiswa yang dapat melakukan perbaikan masyarakat di segala medan perjuangan dan segala waktu. HMI juga merupakan wadah yang secara tekun dan istiqomah melakukan perbaikan-perbaikan kehidupan masyarakat dengan melibatkan diri secara langsung dalam proses amar ma’ruf nahi mungkar pada sistem sosial masyarakat (Khittoh Perjuangan HMI : Hakekat perjuangan).

Sampai disini dapat dipahami bahwa sesungguhnya kehadiran HMI ditengah umat adalah dalam rangka ikut berpartisipasi menyelesaikan permasalahan umat (problem solver) yang semakin hari semakin kompleks. Permasalahan internal umat maupun permasalahan yang disebabkan faktor luar (eksternal).
Begitu juga dengan permasalahan-permasalahan bangsa Indonesia yang sekarang begitu kompleks dan akut. Dalam konteks ini, HMI sangat menyadari bahwa salah satu permasalahan mendasar dari semua itu adalah berakar dari permasalahan krisis sumber daya manusia (SDM).

Ketersedian SDM yang berkompoten dan mempunyai integritas diri sampai saat ini masih menjadi problem besar khususnya bagi bangsa Indonesia. Berbagai permasalahan seperti KKN, mafia peradilan, keterbelakangan pendidikan dan sektor-sektor lain tidak lepas dari minimnya ketersediaan SDM tersebut. Permasalahan-permasalahan seperti inilah yang ingin berusaha dijawab oleh HMI secara progresif. Anak-anak muda yang berada dalam organisasi ini menjadi potensi kekuatan besar sebagai unsur perubah dan perbaikan Indonesia serta umat Islam ke depan. Sejarah mencatat banyak perubahan-perubahan besar dan penting yang terjadi belahan dunia ini (Eropa, Amerika, Afrika, Asia, dll) selalu hadir dari kegelisahan-kegelisahan dan gelora darah juang pemuda yang tidak pernah redup.

Kenapa hal ini terjadi ? Karena dalam diri pemuda terdapat idealisme, kecerdasan, sikap kritis dan kepekaan sosial, semangat, keberanian dan pengorbanan. Hal inilah yang membuatnya terus bergerak untuk membawa perubahan. Generasi seperti inilah yang digambarkan oleh Syari’ati kaum intelektual yang tercerahkan oleh cahaya-Nya. Namun perjalanan sejarah sekarang kian menunjukan bahwa pribadi-pribadi seperti ini semakin kian langka. Banyak pribadi-pribadi pemuda yang mulai mengalami split personality akibat kuatnya pengaruh “skenario” sejarah yang mengarah pada materialisme dan heddonisme serta ditambah dengan semakin melemahnya daya immunitas diri akibat permasalahan konsep diri dan semakin jauhnya kedekatan dengan Sang Penguasa lagi Maha Kuat.

Oleh karena itulah, HMI secara konsen menjadikan dirinya sebagai organisasi perkaderan yang terus berupaya untuk meningkatkan kualitas anggota-anggotanya dengan memberikan pemahaman ajaran dan nilai kebenaran Islam dengan penuh hikmah, kesabaran dan kasih sayang. Dari proses inilah diharapkan muncul pribadi ulul albab yang mampu menggambungkan dalam dirinya sebagai mu’abbid, mujahid, mujtahid dan mujaddid (hal inilah yang selanjutnya disebut sebagai kader yang memiliki integritas). Kader-kader inilah yang akan tampil sosok khalifah Allah di muka bumi dengan membawa agenda-agenda perubahan dan kemaslahatan bagi umat dan bangsa (agen of change).

Pikiran dan idealisme besar di atas merupakan pemimpin bagi kader-kader HMI dalam menjalan roda organisasi. Merealisasikan pikiran-pikiran besar tersebut diperlukan kinerja-kinerja besar organisasi khususnya dari kader-kader inti (yang selanjutnya disebut pengader) yang ada di dalamnya. Namun problem yang ada sekarang adalah masih terjadinya disintegritas kepribadian pada banyak diri pengader. Permasalahan disintegritas disebabkan oleh banyak hal, bisa berupa sistem yang ada, lingkungan yang mengitari, diri pengader sendiri maupun faktor lain.

Disadari atau tidak, disintegritas dan disharmonisasi pribadi inilah yang banyak menghambat proses transformasi dan gerak perubahan diri pada kader-kader non-pengader. Sedangkan pengader dalam HMI merupakan lokomotif dari gerak perubahan tersebut baik perubahan internal organisasi (tanpa menyampingkan yang lain) maupun perubahan ummat. Permasalahan ini tidak saja menjadi kegelisahan internal organisasi, tetapi juga akan menjalar sebagai bagian dari kegelisahan bangsa. Karena HMI dan kebangsaan adalah ibarat dua sisi pada satu keping mata uang.

Oleh karena itu, agenda untuk merivitalisasi peran pengader merupakan agenda “fardu ‘ain” bagi internal HMI. Sub agenda dari agenda besar ini adalah membangun integritas pengader itu sendiri. Kenapa harus mulai dari integritas ? integritas adalah keutuhan. Keutuhan kepribadian. Di dalamnya ada keselarasan antara niat (motivasi), perkataan (keilmuan) dan perbuatan (gerak/amal). Integritas inilah yang digambarkan oleh HMI sebagai insan ulil albab. Tanpa adanya integritas, maka yang terjadi adalah perubahan yang dipaksakan dan tidak mempunyai substansi. Atau perubahan itu akan berganti dengann perubahan yang desturktif. Kemudian karena posisi strategis pengader dalam masyarakat organisasi dan masyarakat umum, menjadikan integritas diri merupakan keniscayaan yang harus diwujudkan oleh setiap pengader (dan juga kader secara umum).

Dalam konsepnya, pengader HMI adalah mereka yang memiliki kesadaran ideologis yang tinggi, ikhlas berjihad di jalan Allah SWT, istiqomah, memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang relevan dengan tugasnya sebagai pengelola latihan. Kemudian integritas diri pengader tersebut digambarkan dengan tiga hal peran yang harus direalisasikan oleh pengader yaitu sebagai pendidik, pemimpin dan pejuang (mujahid).

Pengader sebagai pendidik digambarkan sebagai hamba yang membawa dan menjaga nilai-nilai Islam. Oleh karenanya. ia harus mampu memposisikan dirinya sebagai kader yang bisa menjadi contoh (Uswatun hasanah) yang baik bagi kader lain maupun oleh masyarakat umum. Keselarasan antara niat dalam hati, perkataan dan perbuatan merupakan wujud dari integritas seorang pendidik. Disamping itu, pengader sebagai pendidik digambarkan mampu membangkitkan potensi kader dan mengarahkannya dengan proses pengembangan dan pemberdayaan yang produktif. Sehingga bisa membawa kemaslahatan bagi dirinya maupun bagi ummat.

Pengader sebagai pemimpin digambarkan sebagai kader yang mampu menghadirkan solusi dari setiap permasalahan-permasalahan kader maupun struktur (problem solver). Sikap yang dewasa, bijaksana, mengedapankan ukhuwah (mengayomi) dan rasional serta beroreantasi pada kebenaran yang didasarkan pada nilai-nilai Illahiyah merupakan citra diri pengader sebagai seorang pemimpin. Contoh diri seperti inilah yang sekarang sedang dibutuhkan ummat sekarang di saat konflik horizontal dan vertikal yang sering bermunculan. Dalam konteks inilah seorang pengader bisa menjadi rujukan bagi pendidikan (perkaderan) dalam kehidupan ummat.

Kemudian pengader sebagai pejuang (mujahid) digambarkan sebagai sosok yang proaktif dalam hal kebaikan dan menjadi pelopor dalam masalah amar ma’ruf nahi mungkar baik di lingkungan masyarakat HMI maupun dalam masyarakat umum. Perjuangan sendiri adalah manifestasi dari keimanan yang bersih dan kokoh. Perjuangan merupakan kebutuhan pokok bagi pengader maupun kader umum. Perjuangan yang didasarkan atas niat yang suci, nurani yang bersih dan keterpanggilan jiwa dalam membawa kebaikan bagi internal HMI dan lebih-lebih masyarakat umum. Salah satu permasalahan utama dalam diri banyak pemimpin sekarang adalah hilangnya nilai diri sebagai pejuang yang suci dan sejati dalam membela dan menegakan kebenaran, kemudian diganti sebagai pejuang nafsu diri dan kelompok.

Usaha membangun integritas pengader _sebagaimana telah dijelaskan di atas_ tidak hanya sebagai proses untuk menjawab berbagai kegelisahan para aktivis HMI tentang realitas pengader sekarang dan kedepan, tetapi juga sebagai usaha sadar untuk menjawab krisis integritas SDM bangsa Indonesia. Hal ini juga sebagai bagian dari usaha yang kontinyu dari HMI untuk menjadi bagian dari aktor dalam mewujudkan masyarakat yang diridhoi Allah SWT, sebuah masyarakat yang terus tumbuh dan berkembang secara dinamis menuju bentuknya yang ideal (paripurna).

Pikiran-pikiran di atas merupakan hal yang mendasari dan sekaligus menjadi core dari proses pelakasanaan senior course (SC) yang ke-79. SC ini hanyalah babak awal dari usaha menjawab permasalahan dan idealisme tersebut. SC ini merupakan pemantik awal untuk membangun pemahaman dan kesadaran calon pengader bahwa dirinya akan menjadi pengader, dan sadar dengan konsekuensi sebagai pengader. Menjadi pengader merupakan konsekuensi logis perjuangan yang harus dilalui oleh seorang aktivis atau pejuang. Label pengader ini tidak hanya melekat ketika seorang aktivis berada dalam lingkungan organisasi tetapi merupakan label yang tetap harus melekat dalam diri pengader sampai ia di panggil kembali oleh Allah. Karena memang Allah menciptakan kita manusia untuk menjadi pejuang sejati. Kemudian dari sinilah baru bisa didapatkan makna bahwa seorang pengader adalah penguat perkaderan umat.
Wallahu a’lam bishowab.

Info Teknis Senior Course 79
Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Yogyakarta akan mengadakan Senior Course ke 79.
Tema : "Membangun Integritas Pengader; upaya Penguatan Perkaderan Umat".

Pelaksanaan: 27 Juni-3 Juli 2008

PENDAFTARAN DAN TES SELEKSI
Pendaftaran dibuka maksimal tanggal 24 Juni pukul 24.00. melalui Call-SMS Center : 085292776455 (ketik : nama spasi komisariat/cabang spasi no hp) atau datang ke sekretariat.

Jadwal tes seleksi sc ditentukan sebagai berikut :
1. Hari Rabu, 25 Juni 2008 pukul 19.30 – 24.00 : Tes Pos I (Keislaman), Pos II (Ke HMI an), Pos III (Makalah). Hadir lebih dari pukul 24.00 tidak diterima.
2. Hari Kamis, 26 Juni 2008 Pukul 19.30-24.00 : Tes Pos IV (Micro teaching). Semua calon peserta.

Catt.
- Ketentuan berlaku bagi semua Cabang
- Pendaftaran setelah tagl 24, tidak diterima dan Bila tes diluar jadwal, tidak dilayani
- Kehadiran tes masuk penilaian.

Kontribusi : Rp. 57.000,-



selengkapnya.....

05 Juni 2008

Tolak BKM : Bungkam Kritik Mahasiswa !

M. Mahrus Ali*

Setelah berhasil ‘menyuap’ rakyat dengan Bantuan Langsung Tunai (BLT), kini mahasiswa-pun jadi target penyuapan berikutnya. Program Bantuan Khusus Mahasiswa (BKM) sejumlah 500 ribu persemester bagi 400 ribu mahasiswa akan segera dikucurkan, inikah agenda Pemerintah membungkam nalar kritis mahasiswa ?

Langsung tunai, langsung habis…itulah kesan publik terhadap program ‘tebar rupiah’ sebesar 300 ribu sebagai kompensasi naiknya harga BBM. Pemerintah telah mengambil kebijakan untuk menaikkan harga BBM sebesar 28,7 % maka konsekuensinya subsidi BBM dialihkan menjadi subsidi lansung dengan memberikan sejumlah uang kepada masyarakat yang tergolong miskin yang berjumlah 19,1 juta orang. Sungguh sangat tidak mendidik ! Pemerintah telah mendidik bangsanya dengan menjadi peminta-minta, pengemis, rakyat miskin rela berdesak-desakan demi 300 ribu yang mungkin tak cukup untuk seminggu

Tak beda dari BLT, Pemerintah luncurkan BKM, bantuan ini akan diberikan bagi 400 ribu mahasiswa dengan nominal 500 ribu persemester. Bagi mahasiswa yang kritis tentu tak akan mudah tergiur dengan uang yang tak seberapa itu bila dibandingkan penderitaan rakyat miskin yang harus mati karena kelaparan. Ironis memang, bahkan bisa dibilang strategi ini cukup ‘picik’ untuk meredam gejolak mahasiswa yang tak pernah berhenti mengkritik, protes terhadap kebijakan pemerintah selama ini. BKM tak lebih dari upaya disoreintasi pola pikir mahasiswa untuk selalu menanti bantuan dari pemerintah. Bagaimana sarjana Indonesia bisa maju, kritis, bebas dari perilaku korup, jika pemerintah sendiri yang mendorong mahasiswa untuk menjadi pengemis, selalu menengadahkan tangan untuk meminta bantuan.

Langsung dibantu, langsung diam, itulah yang diharapkan ketika mahasiswa menerima uang BKM 500 ribu, mereka langsung bisa diam tidak protas-protes terus terhadap kebijakan pemerintah. Lalu kalau bukan mahasiswa, siapa akan mengontrol pemerintah ? kekuasaan itu cenderung korup, apalagi tidak ada lagi pemantaunya. Jika kondisi ini terus berlanjut, ada kebijakan pemerintah yang ditentang, kasih uang. Semuanya serba uang. Maka tidak akan lama bangsa Indonesia akan hancur, hanya karena ribut dan merebut masalah uang.

Mendiknas, Bambang Sudibyo (Republika, 29/05) bisa saja berkilah dengan mengatakan bahwa dana BKM tidak diambil dari program BLT melainkan dari anggaran pendidikan. BKM bertujuan membantu mahasiswa yang tidak mampu. Meski demikian, timbul pertanyaan, mengapa baru sekarang BKM diluncurkan? Mengapa BKM hampir bersamaan dengan pengucuran dana BLT ?. Apakah SBY-JK takut diturunkan mahasiswa seperti layaknya Soeharto. Atau ini hanya rekayasa politik tebar pesona untuk menyambut Pemilu 2009 ?. Kondisinya memang cukup spekulatif. Namun yang jelas setiap kebijakan yang diambil pemerintah pasti akan ending-nya yang tidak lain adalah “menciptakan stabilitas nasional” untuk kepentingan politik yang lebih besar. Meski ini tak terungkap. Jelas tersirat dari kebijakan pemerintah yang ‘gagap realita’ sampai-sampai rakyat dan mahasiswa harus disuap agar tidak menentang pemerintah.Jika memang BKM murni untuk mahasiswa –khususnya bagi yang tidak mampu –dan tidak ada hidden agenda (agenda tersembunyi) di dalamnya, maka seharus BKM diberikan tidak pada saat kenaikan BBM.

Uang yang ditebar dalam bentuk BLT tidak sedikit. Pun demikian dana BKM, dengan maraknya agenda tebar rupiah dapat diasumsikan cara pandang penguasa saat ini “ .....sudahlah...rakyat kita lapar... kasih mereka uang, dijamin semua masalah selesai. Jangan lupa mahasiswa juga diberi uang, beri mereka jumlah yang lebih besar supaya tidak demo terus. Toh sebentar lagi juga rezim ini akan habis masanya. Ayo habiskan anggaran negara. Yang penting untuk rakyat, apapun caranya.......

Inikah logika yang dibangun para elit saat ini. Demi mempertahankan kekuasaan yang hanya tinggal menghitung bulan, segala cara ditempuh agar tetap bisa bertahan. Jika rakyat sudah disuap BLT dan mahasiswa akan dibungkam BKM, bukan tidak mungkin kalangan akademisi akan dipreteli juga untuk mendukung kekuasaan. Maka jadilah mereka –meminjam istilah Julien Benda-pengkhianatan intelektual.

BKM dan Gerakan Mahasiswa
Fajdroel Rahman (Kompas, 29/05) juga mengkritik keras BKM, bahkan dia tak segan-segan mengatakan bahwa hal tersebut tak lain adalah suap untuk mahasiswa. Diakhir tulisannya dia mengutip ungkapan Soe Hoe Gie “lebih baik diasingkan daripada harus menyerah pada kemunafikan”. Ini peringatan keras untuk kaum intelektual, terdidik dan terpelajar khususnya mahasiswa sebagai agent of change (agen perubahan). Maka jika mahasiswa lengah, lalai atau terbuai dengan belaian BKM, tunggulah saat kematian gerakan mahasiswa.

BKM adalah pemandulan gerakan mahasiswa gaya baru, kalau dulu zaman orba ada NKK BKK, kini model ini menjelma lebih soft bahkan beraroma materialis yaitu dengan lembaran rupiah. Lima lembar kertas ratusan ribu akan melemahkan jiwa perlawanan mahasiswa terhadap realita yang terjadi. Dengan BKM mahasiswa akan dirubah cara pandangnya dalam melihat kebijakan pemerintah. Program tersebut tak lebih dari upaya menarik simpati mahasiswa yang juga terkena imbas kenaikan BBM. Singkat kata, mahasiswa juga dapat merasakan program bagi-bagi uang ala pemerintah saat ini. BLT dan BKM adalah saudara kembar yang akan dijadikan bahan kampanye pemilu 2009. Dua program itulah yang akan selalu menjadi headline ampuh ketika para elit yang berkuasa saat ini ingin tampil kembali dipentas politik nasional.

Tolak BKM, karena ini jelas sangat politis, tidak murni untuk membantu dunia pendidikan. BKM hanya akan membenamkan kesadaran kritis mahasiswa dan menodai jiwa intelektual mahasiswa. Bagi mahasiswa yang memang butuh bantuan dana kuliah, masih banyak lembaga-lembaga lain yang menyediakan beasiswa, daripada mahasiswa harus menari diatas penderitaan rakyat yang hanya mendapat 300 ribu untuk menyambung hidunya, lebih baik kita tolak BKM. Bagi mahasiswa yang tercerahkan tentu tidak akan sudi nilai suci perjuangannnya digantikan lembaran rupiah.

* redaktur inbagteng cyber media, pengurus HMI Badko Inbagteng 2007-2009

selengkapnya.....

Bebaskan Indonesia 100%
dari Cengkeraman Asing dan Komplotannya !!


Sejak awal, HMI telah memprediksikan bahwa rezim SBY-JK akan menempuh opsi menaikkan BBM di tengah naiknya harga BBM di tingkat pasar internasional. Opsi menaikkan BBM merupakan hal yang alamiah dan logis saja dari garis kebijakan ekonomi politik rezim SBY-JK yang menganut jalan neoliberalisme dan watak pemerintahannya yang tidak berpihak kepada rakyat mayoritas yang terpinggirkan. Jalan neoliberalisme pasti akan menyesuaikan diri dengan tren pasar dan akan memenangkan kepentingan pasar ketimbang kepentingan rakyat kebanyakan. Maka demikianlah yang terjadi pada masa rezim SBY-JK. Sebanyak tiga kali menaikkan harga BBM dalam masa kepemerintahannya yang belum genap lima tahun.

Rezim SBY-JK lebih tepat disebutkan sebagai rezim kepanjangan tangan asing dan komplotannya di dalam negeri dengan cara memanipulasi pilihan rakyat lewat instrumen demokrasi, Pemilu. Pilar asing dan gengnya tampak dengan nyata dalam komposisi Tim Ekonomi dan Moneter kabinet SBY-JK.
Tim Ekonomi dan Moneter kabinet SBY-JK yang terdiri dari Srimulyani, Budiono, Mari Elka Pangestu, Abu Rizal Bakrie dan lain-lain sama sekali tidak berhasil mengatasi krisis ekonomi Indonesia yang masih berlangsung hingga hari ini. Anehnya, SBY-JK sama sekali tidak menyingkirkan Tim Ekonomi dan Moneter yang sudah terbukti gagal tersebut. Ini membuktikan bahwa SBY-JK juga merupakan bagian dari mereka.

Mencermati masalah tersebut, sudah saatnya bangsa ini bebas dari asing dan komplotannya agar Indonesia benar-benar mandiri 100% seperti cita-cita bangsa ini didirikan. Selama kuku-kuku kekuasaan asing masih mencengkram bangsa ini, seperti yang terwujud dalam Utang Luar Negeri dan perusahaan-perusahaan multinasional yang beroperasi di sektor keuangan, telekomonikasi, pertambangan dan sektor-sektor strategis lainnya di Indonesia, maka jangan harap Indonesia akan bisa maju dan makmur. Maka dari itu, momentum menggeloranya ketidakpuasan masyarakat kepada rezim SBY-JK dewasa ini, harus dijadikan sebagai momentum pembebasan Indonesia 100% dari asing dan antek-anteknya yang menjelma menjadi elit-elit politik nasional. Elit-elit politik oportunis yang mengangkangi rakyat dan berpura-pura cinta tanah air inilah yang merusak bangsa ini hingga tidak bisa keluar dari jebakan krisis selama bertahun-tahun.

Menjelang masa Pemilu yang semakin dekat, elit-elit politik oportunis yang kedoknya sudah ketahuan sebagai komplotan asing tersebut harus dicegah untuk tidak tampil sebagai pemimpin dalam setiap jalur, mulai dari jalur legislatif, eksekutif dan yudikatif. Pencegahan ini berguna untuk mencapai cita-cita Indonesia pasca Pemilu 2009 yang mandiri 100% dan bebas 100% dari kekuasaan asing dan komplotannya. Dengan demikian, tujuan Pemilu sebagai sarana mensejahterakan rakyat dapat dicapai.

Untuk itu, HMI di berbagai daerah harus aktif melakukan gerakan penyadaran publik untuk tujuan Indonesia pasca Pemilu 2009 yang mandiri 100% dan bebas 100% dari cengkeraman asing dan komplotan domestiknya.

Sumber : Panduan Aksi PB HMI MPO

selengkapnya.....
Designed by - alexis 2008 | ICM