Temu Pengader se-Inbagteng Akan Segera Digelar
Berdasarkan surat yang dilayangkan kepada redaksi Inbagteng Cyber Media, Badko Inbagteng akan menggelar Temu Pengader HMI se-Inbangteng dan beberapa agenda lainnya pada 22-24 Agustus 2008 bertempat di HMI Cabang Wonosobo, Jawa Tengah.
Tujuan digelarnya acara ini adalah untuk melakukan kerjasama pengader antar cabang. Merumuskan bentuk evaluasi pengader secara berkala dan dapat terukur. Ruang dan sarana komunikasi dengan cabang–cabang mapan untuk berbagi pengalaman pengelolaan organisasi, dalam persoalan perkaderan.
Untuk mengetahui lebih jelas tentang agenda kegiatan temu pengader HMI se-Inbagteng, berikut kami lampirkan Term of Reference dan jadwal kegiatan.
Term of Reference Temu Pengader dan Out Bound
Himpunan Mahasiswa Islam Badan Koordinasi Indonesia Bagian Tengah
A. Pendahuluan
“Bila suatu kaum banyak berteriak, maka akan kaudapati kecerdikannya berada di tangan orang yang mengekang atau menarik mereka.” (Amr bin Ma’diikariba)
Tidak bisa kita pisahkan Himpunan Mahasiswa Islam dengan proses perkaderan – sebagaimana telah jelas dan terang diemban dari hasil Kongres – bahwa Himpunan Mahasiswa Islam adalah organisasi perkaderan dan perjuangan. Itulah HMI. Siap, tidak siap, ketika telah dengan sadar menyatakan dirinya menjadi bagiannya maka menjalankan perkaderan adalah tugas yang diembannya. Yang kalau kita runut ke belakang, merupakan tugas dan fungsi manusia itu sendiri ketika mengembang amanah Allah Swt untuk hidup di dunia ini.
Memakmurkan bumi, mengelolanya dengan baik, memanfaatkan apa yang ada dengan tidak serakah, berjalan di atasnya tidak dengan sombong atau bahasa yang lainnya menjadi satu hal yang wajib bagi manusia semuanya. Kehidupan adalah amanat yang diembannya. Untuk bisa melakukan apa yang diembankan, manusia telah diberikan banyak keutamaan dari makhluk yang lainnya. Belajar merupakan satu hal niscaya dilakukan untuk kehidupan ini sehingga perkaderan HMI adalah sebuah keniscayaan organisasi yang memandang Islam sebagai landasan geraknya.
Ketika kita berhimpun maka, pada dasarnya menyadarkan kembali akan eksistensi manusia di atas bumi, namun dengan banyaknya tantangan dan cara pandang yang positivistik telah menghegomoni kehidupan manusia hingga ia menjadi makhluk yang tidak merdeka dan terbelenggu oleh kekuatan bendawi. Kapitaslisme, materialisme, feodalisme, kediktatoran, liberalisme dan neo liberalisme serta isme-isme yang lainnya menjadi tantangan nyata bagi manusia saat ini. Semua persepsi dan cara pandang tersebut meniscayakan semakin terlindasnya kaum mustadzhafin secara struktural, yang pada gilirannya semakin membuat kehidupan tidak lagi harmonis, terkotak-kotak serta banyak permasalahan sosial, ekonomi dan lainnya.
Selain permasalahan tersebut, dalam proses perkaderan pun, masih banyak pe-er yang harus digarap. Kader HMI mengalami perasaan rendah diri (inferioritas) atau kurang percaya diri. Persoalan seperti ini mesti ditangani secara serius agar kedepan militansi kader tetap terjaga dan eksistensi organisasi terus berkembang. Ketika perkaderan dijadikan proses menuju Insan Ulil Albab, maka pertanyaan yang kemudian timbul adalah “Apakah tujuan tersebut sudah bisa dicapai oleh proses perkaderan di HMI?” Sebuah pertanyaan besar yang sampai saat ini masih juga perlu dipertanyakan terus. Apalagi kalau kemudian dicerminkan dengan persoalan bangsa kita ini – dimana banyak alumni HMI yang menduduki jabatan teras negara – justru permasalahan KKN saja sampai saat ini belum kelar atau malah semakin menjadi-jadi.
Bukan saatnya lagi kita untuk saling menyalahkan. Mari berinstropeksi diri kita masing-masing. Menemukan akar permasalahan perkaderan menjadi tanggung jawab kita yang “dianggap lebih tahu” tentang perkaderan. Karena kita telah sadar dengan perkaderan harus melahirkan kondisi-kondisi sebagai berikuti:
1. Kesinambungan dan peningkatan kualitas perjuangan misi Islam.
2. Kesinambungan dan kedinamisan kepemimpinan HMI.
3. Kesinambungan dan pengembangan perjuangan HMI.
4. Konsistensi pemahaman perjuangan HMI.
5. Peningkatan peran-peran personal kader dan kelembagaan.
Pengader yang tangguh
Begitu banyak pedoman-pedoman di HMI yang menjadi acuan kita berorganisasi, amanah kongres tersebut seringkali terlupakan oleh diri kita yang menyatakan sepakat dan menyetujui aturan tersebut. Kalau bukan kita yang melaksanakan, maka siapa lagi yang akan melaksanakannya. Menjalankan organisasi bukanlah pekerjaan yang mudah, banyak tantangan yang dihadapinya. Namun demikian, Perkaderan harus tetap berjalan sehingga krisis kader dan pengurus dapat teratasi, atau bukan sekedar hal tersebut, tapi Fungsi perkaderan dapat berjalan sebagai mana mestinya sehingga tujuan bisa tercapai.
Pengader mempunyai peran yang tidak sedikit dalam proses perkaderan, walaupun calon kader ataupun kader bukanlah objek semata dalam perkaderan. Sosok pengader yang telah digariskan dalam Pedoman Pengader adalah sebagai pendidik, pemimpin dan pejuang (Mujahid). Sehingga konsekuensi diri pengader adalah insan yang memiliki kesadaran ideologis yang tinggi, ikhlas berjihad di jalan Allah Swt, istiqomah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang relevan dengan tugasnya. Sangat ideal bila hal ini dapat tertanam dalam diri pengader untuk bisa mengemban misi perkaderan.
Salah satu ayat yang dijadikan rujukan HMI dalam tetapan tujuannya menjadi Insan Ulil Albab berbunyi : ”Katakan: ”Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertaqwalah kepada Allah hai orang-orang yang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Al Maidah [5] : 100). Dimana ulil albab disandarkan kepada pembelaan kebenaran walaupun tidak banyak yang melakukannya. Jika kita menghayati perkaderan dan perjuangan HMI maka tidaklah lepas dengan gerakan yang dilakukan Rasul Muhammad Saw untuk menyebarluaskan Islam sebagai petunjuk manusia di muka bumi ini, untuk menegakkan kodrati alamiah manusia, memerdekakan manusia pada segala bentuk penindasan “tuhan-tuhan” yang bergentayangan serta ajaran yang berkesesuaian dengan kebenaran hati nurani.
Himpunan yang beranggotakan entitas mahasiswa yang mengutamakan intelektual sebagai ladang gerakannya harus mampu membaca ayat-ayat yang telah Allah ciptakan dan dijadikan sebuah tawaran konsepsi keilmuwan yang harus mampu memecahkan permasalahan realitas kehidupan manusia, sehingga mampu diimplementasikan pada konteks realitas kehidupan yang ada. Dalam konteks ini, pengader haruslah mampu berdakwah untuk membela kebenaran yang didahului dengan memilah-memilih antara yangbaik dan buruk. Seperti yang dulu pernah dilakukan oleh Rasul Muhammad SAW setelah mendapatkan wahyu Allah SWT melalui perantara jibril. Muhammad SAW dapat menangkap wahyu tersebut dan didawahkan menjadi hukum-hukum yang mengatur umat-nya terdahulu.
“ Sesungguhnya Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman, ketika Allah mengutus di antara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, (dengan membawa tugas) membacakan kepada mereka tentang ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab (Al-Quran) dan Al-Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi itu), mereka benar-benar berada dalam kesesatan yang nyata” (QS. Ali Imran : 164).
Oleh karena itu, terus mengemban misi kerasulan adalah sebuah keniscayaan yang dilakukan bukan hanya para pengader semata, tetapi juga seluruh kader HMI. Namun demikian – untuk menjadikan kader yang militan – keteladanan yang telah tercantum sebagai asas dalam Pedoman Pengader - untuk kembali kita renungkan bersama. Asas keteladanan, artinya bahwa perkaderan itu harus memperhatikan aspek–aspek keteladanan sebagai faktor penting dalam proses perkaderan pada umumnya dan pelaksanaan asas–asas perkaderan lain khususnya.
Bagaimana menjadikan pengader yang tangguh sebagai mana gambaran “Kuda Perang” dalam surat Al-‘Aadiyat dalam melawan musuh-musuh yang ada dalam konteks saat ini harus dicoba dan menjadi hikmah bagi kader HMI. Demi kuda perang yang berlari kencanng dengan terengah-engah. Kuda yang memercikkan bunga api dari cetusan (telapak kakinya). Kuda yang menyerang di waktu pagi (subuh). Derap langkahnya menerbangkan bedu. Maka menyerbulah ia ke tengah-tengah kelompok musuh.
B. Tujuan
Adapun kegiatan ini bertujuan antara lain:
• Untuk melakukan kerjasama pengader antar cabang.
• Untuk merumuskan bentuk evaluasi pengader secara berkala dan dapat terukur.
• Adanya ruang dan sarana komunikasi dengan cabang–cabang mapan untuk berbagi pengalaman pengelolaan organisasi, dalam persolan perkaderan.
C. Pelaksanaan
Jum’at, 22 Agustus 2008
16.00 – 17.30 Sampai di tempat tujuan
17.30 – 20.00 Ishoma
20.00 – 24.00 Pembukaan, Perkenalan dan penyampaian perkaderan di masing-masing cabang
Sabtu, 23 Agustus 2008
08.00 – 12.00 Diskusi “Menatap Perkaderan Umat” bersama Bp. Mahmud
13.00 – 15.00 Kodifikasi permasalahan perkaderan dan rencana tindak lanjut
15.00 – 15.30 Sholat Ashar
15.30 – 17.00 Lanjutan Acara
17.00 – 20.00 Ishoma
20.00 – 24.00 LDMI
Ahad, 24 Agustus 2008
06.00 – 10.00 Outbound
10.00 – ………Penutupan dan Sayonara
selengkapnya.....