Kalitera [kajian literatur]
Adakah “the third way” Dalam Pemikiran Islam ?
Judul : Jalan Ketiga Pemikiran Islam, mencari Solusi Perdebatan Tradisionalisme dan Liberalisme
Penulis : Moh. Shofan
Penerbit : Ircisod dan UMG Press
Tahun : 2006
Tebal : 412 hlm
Terma jalan ketiga atau the third way memang lekat dengan sosok Anthony Gidden. Jalan ketiga lahir untuk mengatasi ketidakberdayaan Sosialisme dan kebobrokan Kapitalisme. Dimana Sosialisme dan Kapitalisme harus dilampaui dengan ideologi alternatif yang lebih sejuk dan segar dalam frame politik dunia yang memanusiakan manusia. Berbeda dengan pandangan tersebut, jalan ketiga dalam buku ini sama sekali tidak mengulas tentang Sosialisme atau Kapitalisme melainkan Tradisionalisme dan Liberalisme.
Apa yang coba dikupas dalam buku ini merupakan kajian atas perjalanan sejarah akar-akar tradisionalisme dan liberalisme dalam diskursus Islam. Selanjutnya mencari alternatif kemungkinan yang bisa dijadikan “jalan tengah” atau dalam buku tersebut penulis menyebutnya sebagai “jalan ketiga” dari dua arus pemikiran Islam yang berkembang. Meski dalam realitanya istilah tradisionalisme dan liberalisme masih menyisakan banyak problem.
Bahwa tradisionalisme akan selalu berhadapan dengan liberalisme. Mengharap tradisionalisme sebagai solusi adalah mimpi, sebagaimana mengharap liberalisme sebagai sesuatu yang tunggal merupakan hal yang tidak realistis. Pergulatan dan pergumulan antara tradisionalisme dan liberalisme mempunyai makna tersendiri bagi dinamika pemikiran Islam. Jalan ketiga dalam pemikiran Islam merupakan tawaran yang mungkin akan dapat menjembatani antara dogmatisme-tradisional yang cenderung menawarkan Islam dalam pengertiannya yang rigid dan liberalisme Islam yang justru secara berlebihan membongkar nilai-nilai tradisi yang dianggap sebagai penghambat kemajuan.
Yang selanjutnya menjadi pertanyaan, dapatkah kedua hal tersebut dijembatani? Mampukah kritik epistemologis memberikan pemahaman yang konstruktif-transformatif terhadap kedua tema tersebut ? Untuk menjawab hal tersebut perlu ditinjau ulang mengenai konsepsi jalan ketiga untuk kemudian menjadi mediator dari tradisionalisme dan liberalisme.
Pandangan penulis yang menyatakan bahwa istilah tradisionalisme dan liberalisme dalam diskursus adalah tidak lebih dari nama sebuah ‘ide tentang nalar’, nama dari subyek yang disebut ‘Islam Tradisional’ dan ‘Islam Liberal’ tidak lebih dari sekedar prasangka-prasangka epistimologis yang perlu dikaji lebih jauh dan mendalam.
Buku yang diterdiri dari 11 pokok bahasan ini diawali dengan kajian atas Islam Liberal baik dalam konteks serta dalam penafsirannya. Pada bagian awal inilah M. Shofan juga sempat mengutip catatan harian Ahmad Wahid (pergolakan pemikiran Islam) yang menurutnya merupakan bagian dari bagaimana menafsirkan Islam (al-Qur’an).
Pada bagian selanjutnya diulas juga mengenai Pluralisme, Fundamentalisme Islam, Hermeneutika, Islamisasi Ilmu Pengetahuan, Isu Gender dalam tafsir Al-Qur’an, Ilmu Sosial Profetik dan kemudian ditutup dengan bahasan mengenai jalan ketiga pemikiran Islam.
Terkait buku ini ada satu pernyataan M. Abid Al-Jabiri tentang tradisi. Al-Jabiri mengatakan bahwa tradisi adalah sesuatu yang hadir dan menyertai kekinian kita, yang berasal dari masa lalu kita atau masa lalu orang lain, ataukah masa lalu tersebut adalah masa yang jauh maupun masa yang dekat. Tradisi adalah titik temu antara masa lalu dan masa kini. Tradisi bukan masa lalu yang jauh dari keadaan kita saat ini, tapi masa lalu yang dekat dengan kekinian kita. Jadi dalam pandangan al-Jabiri, semunya adalah tradisi, bila berkaitan dengan segala sesuatu yang ada di tengah kita dan menyertai kekinian kita, asal itu berasal dari masa lalu. Persoalannya adalah bagaimana kemudian membaca tradisi itu agar bisa relevan dengan masa kini.
Lepas dari itu semua, kontektualisasi dari perbebatan mengenai tradisionalisme dan liberalisme akan senantiasa mengemuka meskipun itu bukanlah hal yang baru. Setidaknya buku ini hadir untuk menyajikan kajian pemikiran Islam kontemporer dengan angle yang berbeda. Karena bagaimanapun juga pemikiran dapat dilihat dari berbagai ragam versi dan sudut pandang.
0 komentar:
Posting Komentar