AGAMAS Desak Pemerintah Turunkan Harga Sembako
Oleh Dimas Ramadhan
Purwokerto (Inbagteng Cyber Media),
Ratusan mahasiswa dan masyarakat yang tergabung dalam Aliansi Gerakan Masyarakat Banyumas (AGAMAS) (17/3) mendesak pemerintah untuk segera menurunkan harga sembako saat ini juga. Aksi yang digawangi oleh berbagai elemen mahasiswa dan masyarakat tersebut menyatakan sikap keprihatinan bersama atas melambungnya harga-harga kebutuhan pokok yang sudah melewati batas kemampuan rakyat.
“SBY-Kalla, rezim anti rakyat!”, demikian teriakan kompak oleh ratusan peserta aksi yang start dari kampus Biologi Universitas Jenderal Soedirman tersebut yang mengungkapkan kekecewaannya terhadap pemerintahan pimpinan SBY-Kalla.
AGAMAS yang merupakan aliansi dari FMN, HMI (MPO), AGRA, LMND, IMM dan SRMI Bergerak dari depan kampus Unsoed kemudian melakukan longmarch menuju gedung wakil rakyat DPRD Banyumas.
AGAMAS menuntut agar pemerintah daerah Banyumas untuk mengambil langkah konkrit dalam menangani krisis sembako saat ini. Menurut AGAMAS naiknya harga-harga kebutuhan pokok semakin meyudutkan kehidupan rakyat miskin, khususnya buruh tani karena mereka yang merasakan langsung akibatnya.
“Kenaikan harga tersebut sebenarnya lebih disebabkan oleh liberalisasi yang diterapkan pemerintah, sehingga beras, minyak sawit, jagung, kedelai dan komoditas pangan lain harus berhadapan dengan bahan pangan impor yang jauh lebih murah. Ini yang kemudian merugikan para petani,” ujar Arif Budiman, kordinator lapangan aksi, yang juga Ketua HMI (MPO) Cabang Purwokerto.
Dalam longmarchnya, massa yang berjumlah lebih dari seratus orang tersebut sempat ‘membajak’ RRI Purwokerto untuk menyiarkan tuntutannya via radio-radio lokal. Sampai di kantor Pemda Banyumas, setiap elemen melakukan orasi secara bergantian yang hampir semuanya mengevaluasi, mengkritik dan mendesak pemda Banyumas untuk segera melakukan sesuatu menyelesaikan problem sembako di Banyumas.
AGAMAS yang juga berisi Paguyuban Petani Banyumas, menilai kebijakan pemerintah saat ini bukan untuk rakyat, namun lebih hanya untuk kepentingan elit kapitalis global. Pemerintah harus bertanggung jawab terhadap mahalnya sembako, kelaparan di Banyumas khususnya dan pengangguran yang semakin meningkat jumlahnya.
Meskipun akhirnya diterima oleh beberapa anggota dewan, dan melakukan dialog dengan anggota legislatif Banyumas, massa menyatakan mosi tidak percaya terhadap jawaban dewan yang dinilai hanya apologi pemerintah dalam kinerjanya. “Apa yang dikatakan dewan, hanya manisnya. Kenyataanya masih begitu banyak kelaparan di Banyumas, masyarakat tidak mampu membeli sembako, karena harganya begitu tinggi, tidak sesuai dengan pendapatan yang masih kurang dari Rp. 20.000/hari” imbuh Arif.
“Turunkan harga sekarang juga! Atau SBY-JK yang turun sekarang juga” demikian massa mengahiri aksi dengan yeel-yeel penuh semangat. Arif, mewakili AGAMAS mengancam akan melakukan aksi lebih besar kembali, bila tuntutan menurunkan harga kebutuhan pokok tidak terpenuhi.
"Kalau perlu kita ke Istana Negara di Jakarta” imbuh Arif.
“Kenaikan harga tersebut sebenarnya lebih disebabkan oleh liberalisasi yang diterapkan pemerintah, sehingga beras, minyak sawit, jagung, kedelai dan komoditas pangan lain harus berhadapan dengan bahan pangan impor yang jauh lebih murah. Ini yang kemudian merugikan para petani,” ujar Arif Budiman, kordinator lapangan aksi, yang juga Ketua HMI (MPO) Cabang Purwokerto.
Dalam longmarchnya, massa yang berjumlah lebih dari seratus orang tersebut sempat ‘membajak’ RRI Purwokerto untuk menyiarkan tuntutannya via radio-radio lokal. Sampai di kantor Pemda Banyumas, setiap elemen melakukan orasi secara bergantian yang hampir semuanya mengevaluasi, mengkritik dan mendesak pemda Banyumas untuk segera melakukan sesuatu menyelesaikan problem sembako di Banyumas.
AGAMAS yang juga berisi Paguyuban Petani Banyumas, menilai kebijakan pemerintah saat ini bukan untuk rakyat, namun lebih hanya untuk kepentingan elit kapitalis global. Pemerintah harus bertanggung jawab terhadap mahalnya sembako, kelaparan di Banyumas khususnya dan pengangguran yang semakin meningkat jumlahnya.
Meskipun akhirnya diterima oleh beberapa anggota dewan, dan melakukan dialog dengan anggota legislatif Banyumas, massa menyatakan mosi tidak percaya terhadap jawaban dewan yang dinilai hanya apologi pemerintah dalam kinerjanya. “Apa yang dikatakan dewan, hanya manisnya. Kenyataanya masih begitu banyak kelaparan di Banyumas, masyarakat tidak mampu membeli sembako, karena harganya begitu tinggi, tidak sesuai dengan pendapatan yang masih kurang dari Rp. 20.000/hari” imbuh Arif.
“Turunkan harga sekarang juga! Atau SBY-JK yang turun sekarang juga” demikian massa mengahiri aksi dengan yeel-yeel penuh semangat. Arif, mewakili AGAMAS mengancam akan melakukan aksi lebih besar kembali, bila tuntutan menurunkan harga kebutuhan pokok tidak terpenuhi.
"Kalau perlu kita ke Istana Negara di Jakarta” imbuh Arif.
0 komentar:
Posting Komentar